logo Kompas.id
OpiniImlek, Politik Identitas dan...
Iklan

Imlek

Imlek, Politik Identitas dan Kohesi Sosial

Tidak jarang, untuk memobilisasi perolehan suara, politik identitas digunakan. Isu perbedaan ras, etnis, agama, dan kepercayaan diangkat serta digunakan untuk menggalang kekuatan. Imlek melebur sentimen perbedaan itu.

Oleh
PURNAWAN ANDRA
· 1 menit baca
Ilustrasi
HERYUNANTO

Ilustrasi

Merayakan tahun baru China, Imlek, ini diam-diam kita kembali teringat pada sebuah isu lama, tetapi masih tetap hangat dan kerap ditawarkan kepada pembacanya, yaitu isu kita dan mereka, pribumi dan nonpribumi, seperti yang tetap kembali dimunculkan akhir-akhir ini.

Di Indonesia, sejarah negeri ini tidak pernah sepi dari konflik atau kerusuhan sosial yang kerap memunculkan etnis Tionghoa sebagai kambing hitam sekaligus korban. Awal mula rasisme terhadap Tionghoa sendiri sudah terjadi sejak masa kolonial sebagai strategi politik pemerintah kolonial untuk memelihara kebencian di antara masyarakat Hindia Belanda.

Editor:
SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 6 dengan judul "Imlek, Politik Identitas dan Kohesi Sosial".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Artikel Terkait
Belum ada artikel
Iklan