logo Kompas.id
OpiniKompas Etis Kepemimpinan
Iklan

Kompas Etis Kepemimpinan

Tanggung jawab terpenting dari pemimpin negara adalah sebagai “penjaga konstitusi”. Dalam ketidaksempurnaan konstitusi dan kelembagaan yang ada, kepemimpinan kharismatik bisa menutupinya dengan kewibawaan moral.

Oleh
Yudi Latif
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/waTljlsDi0fAOtVT5m7YPp6tp9Q=/1024x1362/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2FYudi_1608691631-e1619971588377.jpg
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Yudi Latif

Hanya karena panggilan sejarah yang tak terelakkan, demi menghindari perpecahan bangsa yang baru merdeka, pemimpin besar perang kemerdekaan Amerika Serikat George Washington mau menerima pengangkatannya sebagai presiden AS yang pertama. Setelah masa jabatan kepresidenan pertamanya berakhir, dia berniat kembali ke kompleks peternakannya. Namun, niat itu terpaksa ia urungkan, mengingat kondisi republik muda yang masih goyah dirundung konflik elit kekuasaan.

Setelah masa jabatan keduanya berakhir, dia bisa saja berkuasa lagi hingga kapan ia mau. Tapi, kompas etis kepemimpinannya mengatakan “enough is enough”. Keberlangsungan republik tak boleh bergantung pada seseorang, sebesar dan sehebat apapun orang itu. Tunas-tunas baru harus meneruskan tongkat estafet kepemimpinan.

Editor:
Madina Nusrat
Bagikan