logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊKebangkitan Makanan...
Iklan

Kebangkitan Makanan Tradisional

Ajakan Presiden agar warga bangga menggunakan produk lokal diharapkan menjadi awal kebangkitan makanan tradisional. Tak saja menguatkan perekonomian kerakyatan, makanan tradisional juga mengatrol indeks kesehatan warga.

Oleh
POSMAN SIBUEA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/u_XG2LR141vt2dxB2yyRC340ppc=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2F20190612WEN12_1560586614.jpg
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Beragam makanan tradisional yang dijual dalam acara festival desa di Desa Kalirejo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (15/6/2019).

Presiden Joko Widodo saat meresmikan Hari Bangga Buatan Indonesia awal Mei 2021 mengajak warga untuk bangga menggunakan produk lokal. Masyarakat yang rindu makanan tradisional, seperti gudeg Yogya, bandeng Semarang, siomai Bandung, empek-empek Palembang, bipang ambawang dari Kalimantan, dan lain-lain, tinggal pesan secara daring.

Tulisan ini tidak hendak membahas pro dan kontra penyebutan bipang ambawang dalam pidato Presiden. Tulisan ini mau meneropong makna di balik ajakan bangga produk lokal dalam konteks secara keseluruhan, yakni membangkitkan makanan tradisional Nusantara tidak saja untuk penguatan pilar perekonomian kerakyatan, tetapi juga mengatrol indeks kesehatan warga.

Editor:
yovitaarika
Bagikan