logo Kompas.id
OpiniDiskursus ”Guns” Vs ”Butter”...
Iklan

Diskursus ”Guns” Vs ”Butter” dalam Tragedi KRI Nanggala-402

Anggaran Pertahanan RI sewajarnya besar karena wilayah yang luas dan kekayaan alam yang harus dijaga. Kekuatan militer yang lemah akan melemahkan posisi tawar diplomasi, terutama jika menyangkut pelanggaran wilayah.

Oleh
HERINDRA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/I3Ds5SBquVyZ8lBCXGrPPr_c7jQ=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2FWhatsApp-Image-2021-04-26-at-1.13.06-PM_1619426626.jpeg
DOK SETPRES

Presiden Jokowi menaikkan pangkat setingkat lebih tinggi dan tanda jasa terhadap 53 awak KRI Nanggala-402 yang gugur saat menjalankan tugas. Presiden menegaskan hal itu saat memberikan keterangan pers seusai menerima laporan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala BIN Budi Gunawan. Wapres Ma\'ruf Amin ikut mendampingi Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (26/4/2021).

Tenggelamnya KRI Nanggala-402 merupakan sebuah dukacita yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Duka mendalam karena kita harus ikhlas melepas berpulangnya 53 personel TNI Angkatan Laut (TNI AL), yang adalah juga bagian dari putra-putra terbaik bangsa ini. KRI Nanggala-402 sendiri bagian yang telah melekat dalam tubuh TNI AL dengan masa bakti yang panjang: 41 tahun.

Sebagai wujud penghormatan, pemerintah memberikan penghargaan berupa kenaikan pangkat kepada 53 awak KRI Nanggala-402 yang dinyatakan gugur dalam tugas serta memberikan tiga bintang jasa atas dedikasi mereka dalam menjaga ketahanan negara. Ketiga bintang jasa itu adalah Satyalencana Ksatria Yudha, Satyalencana Jalasena Narariya, dan Satyalencana Dharma Samudra.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan