logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊDemokrasi Mandek Terhambat...
Iklan

Demokrasi Mandek Terhambat Paham Kekeluargaan

Halangan terbesar demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) selalu muncul dengan argumen menjaga persatuan nasional. Kita harus mengakui bahwa demokrasi dan HAM tak pernah menjadi pilihan negara.

Oleh
DESPAN HERYANSYAH
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/dFbI977MjZLC0Qp0Lp9udeMlSv8=/1024x647/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2F34af1500-fb01-419b-b77f-26a1d0097d3b_jpg.jpg
Kompas/Hendra A Setyawan

Mural bertema toleransi beragama tergambar di dinding sebuah rumah di kawasan Meruyung, Depok, Jawa Barat, Sabtu (12/9/2020). Survei kerukunan umat beragama dari Litbang Kementerian Agama menunjukkan, indeks kerukunan beragama di Indonesia mencapai 72,20 pada tahun 2017, 70,9 pada 2018, dan 73,93 pada 2019. Namun, tingginya indeks kerukunan beragama itu bukan berarti tidak ada persoalan intoleransi di Tanah Air. Intoleransi, baik ekonomi, kebudayaan, maupun keagamaan, masih terjadi di Indonesia.

Tulisan ini akan saya awali dengan memberikan beberapa kasus yang menarik untuk ditemukan pangkal permasalahannya hingga ke paling dasar.

Pertama, dalam banyak kasus pelanggaran terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan, misalnya suatu ormas secara anarkistis hendak mengacaukan atau merusak acara keagamaan/sosial kelompok agama tertentu, terkhusus minoritas, upaya yang dilakukan oleh kepolisian dalam memediasi kasus tersebut adalah dengan membujuk panitia atau pengurus organisasi untuk membatalkan acara tersebut.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan