Analisis Politik
Jiwa Kota
Orang-orang kaya baru di perkotaan terbius hasrat komodifikasi dan pamer harta. Rumah-rumah dibangun dengan memberi sedikit ruang berbagi. Sepenggal tanah terlalu berharga untuk disisakan bagi kepentingan umum.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2FYudi_1608691631.jpg)
Yudi Latif
Kota ideal dalam bayangan Republik-nya Plato adalah kota berjiwa kepemimpinan filosofis yang mendenyuti tiga karakteristik utama: jiwa penalaran, semangat kompetitif, dan kenikmatan.
Kepemimpinan harus mengandung kekuatan penalaran yang dapat merangsang kesehatan berpikir dan kreativitas warga. Dengan jiwa penalaran, kota berkembang dengan perencanaan dan kebijakan yang sehat disertai daya kreatif yang tinggi. Segala sesuatu diputuskan dengan jalan nalar-permusyawaratan (deliberatif-argumentatif), bukan lewat jalan irasionalitas dan kekerasan. Kota tidak dipimpin dengan manajemen tambal sulam, mengandalkan impresi pencitraan dan politik adu domba, yang segala kelemahan dan keburukan kepemimpinan ditutupi dengan irasionalitas demagogi dan pembelaan buzzer.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Jiwa Kota".
Baca Epaper Kompas