logo Kompas.id
OpiniPK Ojong dan Pramoedya
Iklan

PK Ojong dan Pramoedya

Perhatian PK Ojong kepada para pekerja kreatif, sebagaimana yang disampaikan Pramoedya, adalah sesuatu yang sangat dirindukan semua pengarang. Mungkinkah hal ini terjadi di masa datang sebagai harapan seabad PK Ojong?

Oleh
Anindita S Thayf
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/1TrjvHzqy6m462e3EF0dHAOFZy8=/1024x655/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F05%2FPRAMOEDYA-ANANTA-TOER1-08-copy2.jpg
SINDHUNATA

Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang dipenjara di Pulau Buru sekitar tahun 1977, menyelesaikan karya-karyanya dengan sebuah mesin tik tua.

”Auwjong Peng Koen dari majalah Star Weekly meminta tulisan untuk majalahnya. Setiap tulisan ia beri honorarium yang cukup untuk makan sebulan dalam kesederhanaannya,” tulis Pramoedya Ananta Toer dalam Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 1. Ini terjadi di tengah masa optimisme dalam hidup Pramoedya.

Setelah pernikahan pertamanya yang gagal, Pramoedya menikah lagi dengan Maemunah Thamrin. ”Kehidupan [pernikahan] kami memang bahagia,” aku Pramoedya. Kelahiran anak pertama mereka, disusul anak kedua, menambah kebahagiaan keluarga kecil itu. Dan, di tengah-tengah kebahagiaan inilah Auwjong Peng Koen meminta tulisan.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan