logo Kompas.id
β€Ί
Olahragaβ€ΊDeru Perlawanan Bonek yang...
Iklan

Deru Perlawanan Bonek yang Melintasi Zaman

Layaknya kota-kota lain di Indonesia, masyarakat Surabaya juga penikmat sepak bola yang ulung. Namun, mereka punya ciri khas yang kental dengan kultur perlawanan. Itu berkaitan dengan pertempuran 10 November 1945.

Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Β· 1 menit baca
Bonek berpartisipasi dalam aksi bersih-bersih bersama Stadion Gelora Bung Tomo di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (11/8/2019). Pemerintah Kota Surabaya menganggarkan dana sekitar Rp 100 miliar untuk pembenahan stadion Gelora Bung Tomo. Pembenahan dilakukan agar fasilitas yang ada memenuhi standar FIFA dan layak dipilih menjadi salah satu stadion penyelenggara Piala Dunia U-20 2021 di Indonesia.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Bonek berpartisipasi dalam aksi bersih-bersih bersama Stadion Gelora Bung Tomo di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (11/8/2019). Pemerintah Kota Surabaya menganggarkan dana sekitar Rp 100 miliar untuk pembenahan stadion Gelora Bung Tomo. Pembenahan dilakukan agar fasilitas yang ada memenuhi standar FIFA dan layak dipilih menjadi salah satu stadion penyelenggara Piala Dunia U-20 2021 di Indonesia.

Layaknya kota-kota lain di Indonesia, masyarakat Surabaya juga adalah penikmat sepak bola yang ulung. Namun, mereka punya ciri khas tersendiri yang kental dengan kultur perlawanan. Ciri khas itu berkaitan dengan pertempuran 10 November 77 tahun silam

Bila Persija Jakarta memiliki Jakmania, Persib sulit dipisahkan dengan Bobotoh. Saat Persis Solo mendapat dukungan dari Pasoepati, Bonek tetap setia bersama Persebaya Surabaya. Berbeda dengan kelompok suporter kota lainnya, Bonek atau Bondo Nekat, punya cerita yang tidak kalah panjang tetapi unik dalam sejarah persepakbolaan Indonesia. Kelompok suporter Persebaya ini membentuk ikatan kuat yang mengkristal dan telah menjadi bagian dari identitas warga Kota Surabaya.

Editor:
WISNU AJI DEWABRATA
Bagikan