logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊNasib Buruh Kebun Diabaikan,...
Iklan

Nasib Buruh Kebun Diabaikan, tetapi Suara Diperebutkan

Buruh kebun sawit kerap menjadi sasaran politisi untuk meraup suara, baik untuk politik lokal maupun nasional. Situasi ini ironis karena nasib mereka kerap diabaikan.

Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO, DIAN DEWI PURNAMASARI
Β· 1 menit baca
Buruh mengangkat tandan buah segar kelapa sawit di lahan perkebunan Renah Mendaluh, Tanjungjabung Barat, Jambi, Minggu (29/10/2017).
ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN

Buruh mengangkat tandan buah segar kelapa sawit di lahan perkebunan Renah Mendaluh, Tanjungjabung Barat, Jambi, Minggu (29/10/2017).

Buruh kebun sawit kerap menjadi sasaran politisi untuk meraup suara, baik untuk politik lokal maupun nasional. Kondisi perkebunan yang tertutup membuat buruh sulit mengeksplorasi pilihan politik mereka. Situasi ini ironis. Sebab, di saat nasib mereka kerap diabaikan, suara mereka dalam kontestasi politik diperebutkan.

Perebutan suara dalam politik itu nyata dalam pengalaman HRM (50), buruh sawit asal Nusa Tenggara Timur di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang sudah 20 tahun lebih bekerja di perkebunan sawit. Ia sudah empat kali mengikuti pemilihan umum, mulai dari pemilihan presiden hingga anggota legislatif.

Editor:
CHRISTOPERUS WAHYU HARYO PRIYO
Bagikan