Nasib Buruh Kebun Diabaikan, tetapi Suara Diperebutkan
Buruh kebun sawit kerap menjadi sasaran politisi untuk meraup suara, baik untuk politik lokal maupun nasional. Situasi ini ironis karena nasib mereka kerap diabaikan.
Buruh kebun sawit kerap menjadi sasaran politisi untuk meraup suara, baik untuk politik lokal maupun nasional. Kondisi perkebunan yang tertutup membuat buruh sulit mengeksplorasi pilihan politik mereka. Situasi ini ironis. Sebab, di saat nasib mereka kerap diabaikan, suara mereka dalam kontestasi politik diperebutkan.
Perebutan suara dalam politik itu nyata dalam pengalaman HRM (50), buruh sawit asal Nusa Tenggara Timur di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang sudah 20 tahun lebih bekerja di perkebunan sawit. Ia sudah empat kali mengikuti pemilihan umum, mulai dari pemilihan presiden hingga anggota legislatif.