logo Kompas.id
NusantaraKemelut Petani Sawit Menyambut...
Iklan

Kemelut Petani Sawit Menyambut Hari Raya

Perkembangan harga TBS telah menyentuh titik di bawah impas produksi, yang berarti petani ”nombok”. Permainan para spekulan sawit harus dihentikan agar harga TBS tidak semakin merosot.

Oleh
IRMA TAMBUNAN
· 1 menit baca
Antrean truk-truk pengangkut buah kelapa sawit memenuhi sepanjang jalan menuju pabrik pengolahan sawit PT Petaling Mandraguna di Desa Danau Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Selasa (26/4/2022). Harga buah sawit terus merosot di sejumlah daerah dalam empat hari terakhir terimbas aturan pemerintah yang melarang ekspor minyak goreng dan bahan minyak goreng. Pemerintah didesak untuk memperjelas aturan agar tidak sampai berdampak lebih luas.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Antrean truk-truk pengangkut buah kelapa sawit memenuhi sepanjang jalan menuju pabrik pengolahan sawit PT Petaling Mandraguna di Desa Danau Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Selasa (26/4/2022). Harga buah sawit terus merosot di sejumlah daerah dalam empat hari terakhir terimbas aturan pemerintah yang melarang ekspor minyak goreng dan bahan minyak goreng. Pemerintah didesak untuk memperjelas aturan agar tidak sampai berdampak lebih luas.

Limpahan panen kelapa sawit di hari-hari menjelang Lebaran tak sejalan dengan harapan besar para petani. Harga buah sawit yang mencapai Rp 3.600 per kilogram mendadak anjlok menjadi Rp 1.000. Sukacita menyambut hari raya kini berganti kecamuk dan kemelut.

Perasaan tak menentu menyelimuti Bujang (37) saat memanen buah sawit, Selasa (26/4/2022). Ia ketar-ketir memantau perkembangan harga tandan buah segar (TBS) sawit yang terus ambruk. Pasalnya, pedagang pengepul yang menampung hasil panennya, Haryono, kembali menginfokan bahwa harga TBS kembali turun Rp 500 per kg.

Editor:
NELI TRIANA
Bagikan