logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊKaret Petani Kurang Terserap...
Iklan

Karet Petani Kurang Terserap dan Harga Terus Melorot

Sejak terjadi pandemi global Covid-19, pabrik-pabrik karet di Kalimantan Selatan membatasi serapan bahan baku. Pada saat yang sama, harga karet di tingkat petani juga terus melorot.

Oleh
JUMARTO YULIANUS
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/9SJiLZOPmM3jvsTDdSly2MMt0bg=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F77a1bbca-af47-4bfb-bf36-0847c00adc47_jpg.jpg
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS

Anak-anak bermain di kebun karet, Desa Kiram, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Selasa (11/2/2020). Harga karet petani bisa ditingkatkan melalui unit pengolahan dan pemasaran bokar (UPPB).

BANJARMASIN, KOMPAS β€” Pandemi Covid-19 yang disebabkan virus SARS-Cov-2 atau korona baru berdampak cukup signifikan pada industri karet dalam negeri. Sejak terjadi pandemi global, pabrik-pabrik karet di Kalimantan Selatan membatasi serapan bahan baku. Pada saat yang sama, harga karet di tingkat petani juga terus melorot.

Ketua Asosiasi Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet (UPPB) Provinsi Kalimantan Selatan Agus Kharison mengatakan, harga karet tertinggi di tingkat petani saat ini hanya Rp 5.500 per kilogram. Bahkan, di beberapa daerah, harga karet cuma Rp 4.000-Rp 4.500 per kg. Dua bulan lalu, harganya masih Rp 8.000-Rp 8.500 per kg.

Editor:
Cornelius Helmy Herlambang
Bagikan