TOL LAUT
Pemanfaatan Angkutan Balik Masih Minim
Program tol laut tidak sekadar memberikan subsidi pada pelayaran untuk menurunkan disparitas harga. Tol laut merupakan model logistik untuk distribusi barang, konektivitas antarmoda, dan pengendalian harga barang.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F20200309_ENGLISH-TOL-LAUT_B_web_1583764400.jpg)
Kapal tol laut Kendhaga Nusantara 12 bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (8/3/2020). Pada rapat terbatas Kamis (5/3/2020) lalu Presiden Jokowi menyatakan kekecewaan atas pelaksanaan program tol laut karena belum berhasil memangkas biaya logistik antardaerah.
DARUBA, KOMPAS — Angkutan balik tol laut dari daerah ke Pulau Jawa masih minim, sekitar 6,7 persen per tahun. Pemerintah daerah diminta membantu masyarakat memanfaatkan angkutan balik tol laut untuk mengirim hasil perikanan dan perkebunan. Tol laut menjadi jembatan untuk memasarkan komoditas lokal di Pulau Jawa dengan harga lebih tinggi.
Di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, misalnya, muatan balik didominasi kopra yang menjadi komoditas andalan daerah. Harga kopra di Morotai sempat menyentuh Rp 2.000 per kilogram, tetapi kini mulai membaik menjadi Rp 4.100 per kg. Meski begitu, jika dibandingkan dengan era tahun 2000, harga kopra sempat melampaui Rp 10.000 per kg.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 15 dengan judul "Pemanfaatan Angkutan Balik Masih Minim ".
Baca Epaper Kompas