logo Kompas.id
β€Ί
Metropolitanβ€ΊAkankah Megakota Jakarta...
Iklan

Akankah Megakota Jakarta Menggeser Tokyo Tahun 2030?

Dari Eropa-Amerika, Asia kini mengambil alih peran sebagai pusat pertumbuhan megakota. Pilihannya hanya menjadi lebih baik atau mengulang cerita buruk sejarah perkotaan Eropa pada tahun 1800-an.

Oleh
NELI TRIANA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/o8cx5laDMSDQK3T1vYyPZCPFR1o=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F02%2Fkompas_tark_19993969_108_0-720x481.jpeg
KOMPAS/NELI TRIANA

Sungai Thames di London, Inggris, akhir September 2015, dengan latar belakang Big Eye of London. Sungai yang lebar, berair melimpah, dan terawat meski dikelilingi perkantoran, sibuk oleh arus pelayaran, termasuk pelayaran wisata, menjadi ikon kota London.

Revolusi agrikultur dan industri yang terjadi di Inggris antara pertengahan abad ke-18 dan abad ke-19 memicu pertumbuhan kawasan perkotaan, termasuk di London. Pusat industri menarik banyak orang untuk melabuhkan diri ke sana; bekerja dan menetap. Pada tahun 1900, London telah memiliki 4,5 juta penduduk.

London berperan amat penting sebagai penggerak utama ekonomi Inggris dan berpengaruh pada dinamika ekonomi ataupun politik hampir separuh negara-negara di dunia kala itu, yang menjadi jajahan kerajaan tersebut. Dalam sejarah perkembangan perkotaan, London tercatat masuk dalam jajaran Kota Dunia (World Cities) bersama Paris di Perancis dan New York di Amerika Serikat yang memiliki pengaruh dominan dalam kancah global. London juga disebut sebagai cikal bakal megakota.

Editor:
gesitariyanto
Bagikan