logo Kompas.id
MetropolitanJakarta Dikepung Polutan
Iklan

Jakarta Dikepung Polutan

Di tengah pandemi dan menurunnya kegiatan publik, pencemaran udara di Jakarta dan sekitarnya tidak menyusut. Biaya penanggulangan penyakit akibat pencemaran udara mencapai Rp 5,1 triliun.

Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/A5XNEruhjpW2zrkweTeR8j_ybCA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2Fa4d2e962-55bc-4790-8166-044b161a80e8_jpg.jpg
KOMPAS/RIZA FATHONI

Kabut inversi permukaan menyelimuti sebagian besar wilayah Jakarta pada Selasa (9/6/2020) pagi hari.

DKI Jakarta yang memiliki bentuk geografis berupa cekungan mengakibatkan dampak pencemaran udara semakin parah. Kondisi arah angin beserta berbagai polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, pabrik, serta pembangkit listrik dalam radius 100 kilometer membuat kualitas udara di Ibu Kota jauh dari ideal, walaupun di masa pembatasan sosial jarak jauh ada pengurangan kendaraan bermotor.

”Jakarta Selatan merupakan wilayah dengan risiko tertinggi karena angin laut dari Teluk Jakarta kecepatan penetrasinya kini maksimal hanya 40 kilometer. Tidak bisa mencapai Bogor. Polutan dari wilayah lain di Jakarta kemungkinan besar menumpuk di selatan,” kata Kepala Subbidang Informasi Pencemaran Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Suradi dalam diskusi virtual sekaligus peluncuran ”Laporan Pencemaran Udara Lintas Perbatasan” di Jakarta, Selasa (11/8/2020).

Editor:
nelitriana
Bagikan