HUT DKI Jakarta
Kosmopolitan Berawal dari Pemikiran Demokratis
Perubahan perilaku dan nilai secara besar-besaran mengenai kebiasaan kumpul-kumpul, bekerja, dan bersekolah diperlukan. Hal ini bukan untuk menjauhkan manusia, justru untuk melindungi sesama dari penularan Covid-19.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2Fa53b0766-e3b1-45ef-a803-46265b9cf271_jpg.jpg)
Foto udara Taman Benyamin Suaeb di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (22/6/2020).
Menafsirkan kembali budaya Jakarta sebagai kosmopolitan berarti mengingatkan masyarakat bahwa semua berlandaskan pemikiran yang rasional, terbuka, dan demokratis. Pendidikan yang mengasah daya pikir kritis dan sikap tenggang rasa menjadi kunci budaya tersebut.
”Kosmopolitan sejatinya tidak bisa diukur dari kemegahan pembangunan fisik, tetapi dari cara berpikir masyarakat di kota itu. Arti dari kosmopolitan adalah pola pikir yang terbuka dan bisa menerima berbagai perbedaan. Jika ada hal yang tidak disetujui, bukan menjadi alasan berkonflik, tetapi menjadi diskursus yang dibahas secara rasional,” papar sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Ubeidillah Badrun, Senin (22/6/2020).