Bumi dan Jurnalisme, Peliputan Isu Lingkungan Makin Berbahaya bagi Wartawan
Sebanyak 70 persen jurnalis lingkungan hidup di 129 negara mengalami serangan dan ancaman terkait kerja jurnalistik.
![Para jurnalis berdemonstrasi saat Presiden Chile Gabriel Boric sedang berpidato (berdiri di podium) pada pembukaan Konferensi Hari Kebebasan Pers Dunia (World Press Freedom Day) di Santiago, Chile, Jumat (3/5/2024). Mereka menuntut pengusutan kasus pembunuhan wartawan Chile, Francisca Sandoval, yang tewas ditembak saat meliput pawai Hari Buruh tahun 2022.](https://cdn-assetd.kompas.id/tYdp5nR45NOZy-qh-OMIsla5g48=/1024x683/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F05%2F12%2Fce9588ef-f361-4ff3-a39a-da394ae82c8d_jpg.jpg)
Para jurnalis berdemonstrasi saat Presiden Chile Gabriel Boric sedang berpidato (berdiri di podium) pada pembukaan Konferensi Hari Kebebasan Pers Dunia (World Press Freedom Day) di Santiago, Chile, Jumat (3/5/2024). Mereka menuntut pengusutan kasus pembunuhan wartawan Chile, Francisca Sandoval, yang tewas ditembak saat meliput pawai Hari Buruh tahun 2022.
Pada 3 Mei 2024, dalam rangka World Press Freedom Day 2024, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengeluarkan laporan terbaru tentang situasi kebebasan pers global. Ada angka mengejutkan dalam laporan itu.
Sebanyak 749 jurnalis yang melaporkan isu-isu lingkungan hidup, demikian sebut laporan tersebut, menjadi sasaran kekerasan fisik, pelecehan (harassment) daring, serangan hukum berupa penahanan dan penangkapan, hingga yang paling fatal adalah pembunuhan sepanjang 2009-2023.