Hak Asasi Manusia
Cemas Menghadapi Kebebasan Berekspresi Twitter Ala Elon Musk
Elon Musk bilang Twitter akan menjadi wadah kebebasan berekspresi, tetapi tidak seperti tanah tak bertuan. Sementara itu, warganet terbelah.

Logo platform media sosial Twitter terpampang di lantai Bursa Saham New York, Senin (29/10/2021). Setelah membeli 73 juta lebih lembar saham Twitter pekan lalu dan dinobatkan sebagai pemegang saham terbesar, Elon Musk kini tengah mengincar menjadi pemilik platform media sosial Twitter dengan penawaran 43 miliar dolar AS.
Elon Musk resmi menjadi pemilik Twitter pada hari Jumat (28/10/2022) dan reaksi di media sosial itu langsung heboh. Musk mengatakan dirinya adalah pembela kebebasan berekspresi yang absolut. Tidak ada hal tabu ataupun disensor bagi dia untuk diunggah ke media sosial. Begitu ia mengumumkan kepemilikan Twitter, unggahan yang bersifat rasialis dan diskriminatif naik hingga 500 persen.
Musk memang mencuit bahwa kebebasan berekspresi absolut bukan berarti segala sesuatu menjadi tak terkendali seperti tanah tidak bertuan. Akan tetapi, ia tidak menjelaskan ucapan ini lebih lanjut. Sebagian pengguna Twitter pun kadung mengunggah kalimat, foto, dan meme yang bersifat rasialis dan kebencian. Simbol-simbol Nazi misalnya, muncul di berbagai foot profil maupun konten Twitter.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 4 dengan judul "Cemas Hadapi Kebebasan Twitter ala Elon Musk".
Baca Epaper Kompas