logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊSeni Mengelola Takdir untuk...
Iklan

Seni Mengelola Takdir untuk Terus Mensyukuri Hidup

Takdir adalah kuasa Tuhan. Namun, manusia bisa mengelola dengan bijaksana melalui kedewasaan seiring pengalaman hidup.

Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
Β· 0 menit baca
Guru Besar Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis-Suseno (kiri) dan mantan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Komaruddin Hidayat (tengah) menjadi pembicara dalam acara bedah buku berjudul <i>Jalan Pulang: Seni Mengelola Takdir, Sebuah Autobiografi</i> karya Komaruddin Hidayat yang dipandu moderator peneliti Litbang <i>Kompas</i>, Agustina Purwanti, di Ruang Kompas Institute, Jakarta, Sabtu (6/7/2024).
KOMPAS/STEPHANUS ARANDITIO

Guru Besar Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis-Suseno (kiri) dan mantan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Komaruddin Hidayat (tengah) menjadi pembicara dalam acara bedah buku berjudul Jalan Pulang: Seni Mengelola Takdir, Sebuah Autobiografi karya Komaruddin Hidayat yang dipandu moderator peneliti Litbang Kompas, Agustina Purwanti, di Ruang Kompas Institute, Jakarta, Sabtu (6/7/2024).

Takdir merupakan ketetapan Tuhan melalui kuasa-Nya dalam ragam peristiwa yang tidak bisa ditentukan oleh manusia sehingga bisa dirasa berwujud baik ataupun buruk oleh manusia. Akan tetapi, manusia bisa mengelola takdir dengan bijaksana agar hidup tetap berjalan dengan optimal untuk menjadi manusia bermanfaat.

Perjalanan hidup dan pengalaman spiritual Komaruddin Hidayat dalam memahami dan mengelola takdir dalam kehidupan bisa menginspirasi manusia lain yang tengah dalam persimpangan jalan saat bertemu dengan takdir. Kisah mantan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia itu tertuang dalam buku otobiografinya yang berjudul Jalan Pulang: Seni Mengelola Takdir yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (2024).

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan