logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊLiterasi Keagamaan Membuka...
Iklan

Literasi Keagamaan Membuka Perjumpaan dengan Agama Lain

Indonesia yang plural berpotensi menghadapi konflik salah satunya karena perbedaan agama. Literasi keagamaan dibutuhkan.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
Β· 1 menit baca
Para guru dari sekolah dan madrasah di Jawa Timur mengikuti kunjungan lapangan (<i>fieldtrip</i>) ke rumah ibadah Gereja Kristen Abdial Gloria di Surabaya, Sabtu (4/5/2024), dalam <i>workshop</i> Literasi Keagamaan Lintas Budaya dari Institute Leimena yang berkolaborasi dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU

Para guru dari sekolah dan madrasah di Jawa Timur mengikuti kunjungan lapangan (fieldtrip) ke rumah ibadah Gereja Kristen Abdial Gloria di Surabaya, Sabtu (4/5/2024), dalam workshop Literasi Keagamaan Lintas Budaya dari Institute Leimena yang berkolaborasi dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

SURABAYA, KOMPAS β€” Literasi keagamaan dibutuhkan untuk membuka ruang perjumpaan dan dialog dengan kelompok agama lain secara langsung serta memberi pengalaman positif untuk merasakan keberagaman. Untuk Indonesia yang majemuk, literasi keagamaan yang inklusif perlu dikembangkan.

Literasi keagamaan yang inklusif tidak hanya mendalami agama sendiri, tetapi terbuka juga untuk memahami agama lain langsung dari pemeluknya. Dengan demikian, terbangun toleransi dan kemampuan berkolaborasi.

Editor:
EVY RACHMAWATI
Bagikan