logo Kompas.id
HumanioraPerkawinan ”Pintu Belakang”...
Iklan

Perkawinan ”Pintu Belakang” dan Perbudakan, Jerat Kekerasan Seksual Perempuan Sumba

Kehidupan perempuan adat di sejumlah daerah berada dalam lingkaran kekerasan seksual dan terus menjadi korban dari adat.

Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
· 0 menit baca
Proses normal meminang gadis. Keluarga perempuan dan laki-laki didampingi para kerabat pihak perempuan duduk di teras rumah di Waikabubak, Sumba Barat.
Kompas

Proses normal meminang gadis. Keluarga perempuan dan laki-laki didampingi para kerabat pihak perempuan duduk di teras rumah di Waikabubak, Sumba Barat.

Kekerasan terhadap perempuan adat, terutama kekerasan seksual, menjadi keprihatinan yang serius diperhatikan pemerintah. Kekerasan seksual kerap tidak terungkap karena tersembunyi di balik kuatnya budaya patriarki dalam kehidupan masyarakat, terutama praktik adat dan tradisi di komunitas masyarakat adat.

Praktik kekerasan tersebut hingga kini masih langgeng dalam kehidupan masyarakat adat di sejumlah daerah, seperti Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur. Daerah ini menjadi sasaran Riset Kekerasan Seksual pada Masyarakat Adat dan Etnis Minoritas oleh lembaga Partnership Kemitraan bersama Lembaga Antropologi (Laura) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Editor:
IRMA TAMBUNAN
Bagikan