logo Kompas.id
HumanioraGenerasi Muda Desak Calon...
Iklan

Generasi Muda Desak Calon Pemimpin Baru Segera Beralih ke Ekonomi Hijau

Anak muda meluncurkan deklarasi yang mendesak agar pemimpin baru Indonesia segera beralih ke ekonomi hijau.

Oleh
PRADIPTA PANDU
· 3 menit baca
Peluncuran deklarasi ekonomi hijau dari Greenpeace Indonesia bersama puluhan anak muda di Toeti Heraty Museum, Jakarta, Senin (5/2/2024).
KOMPAS/PRADIPTA PANDU

Peluncuran deklarasi ekonomi hijau dari Greenpeace Indonesia bersama puluhan anak muda di Toeti Heraty Museum, Jakarta, Senin (5/2/2024).

JAKARTA, KOMPAS — Puluhan anak muda meluncurkan deklarasi yang berisi desakan agar pemerintah dan pemimpin baru Indonesia dapat segera beralih ke sistem ekonomi hijau. Sebab, transisi menuju ekonomi hijau tidak hanya berdampak baik bagi lingkungan, tetapi juga perekonomian Indonesia ke depan.

Peluncuran deklarasi ekonomi hijau tersebut dilakukan Greenpeace Indonesia bersama puluhan anak muda di Toeti Heraty Museum, Jakarta, Senin (5/2/2024). Selain deklarasi, acara ini juga menghadirkan juru bicara dari ketiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang berkontestasi dalam Pemilihan Presiden 2024.

Country Director Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak menyampaikan, semua pihak, termasuk generasi muda, perlu terus membicarakan isu transisi ekonomi hijau karena saat ini dunia tengah mengalami krisis iklim. Isu ini juga banyak disampaikan Greenpeace kepada tim kampanye pasangan capres-cawapres.

”Transisi ekonomi hijau ini bukan hanya urusan bisnis baru atau investasi baru. Namun, kita harus meresponnya dengan berbasis pada krisis iklim. Dalam debat keempat, isu krisis iklim sempat dibicarakan tetapi tidak menjadi pembicaraan utama,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.

Meski mendesak, Greenpeace melihat bahwa beberapa situasi yang terjadi saat ini tidak mendukung dalam upaya transisi ekonomi hijau dan perlu ada perubahan secara fundamental. Hal ini ditunjukkan dari sektor kelistrikan di Indonesia yang 65 persen di antaranya masih sangat bergantung pada energi fosil khususnya batubara.

https://cdn-assetd.kompas.id/b8MUN5-vEaXmw0zizSJ1r9FSBcA=/1024x700/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F23%2F73021314-338b-4d5f-9612-d03d793fae3f_jpg.jpg

Di sisi lain, penggunaan energi terbarukan di Indonesia juga relatif stagnan beberapa tahun terakhir, yakni di angka 12-13 persen. Padahal, target penggunaan energi terbarukan ini mencapai 23 persen pada 2025. Artinya, capaian target ini akan sangat sulit dan upaya Indonesia sudah tidak lagi ambisius untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan.

Transisi menuju ekonomi hijau tidak hanya berdampak bagi lingkungan, tetapi juga perekonomian Indonesia ke depan. Hasil studi Greenpeace bersama Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios) menunjukkan, transisi menuju ekonomi hijau diperkirakan dapat memberikan dampak hingga Rp 4.376 triliun ke output ekonomi nasional.

Iklan

Baca juga: Kontribusi Ekonomi Hijau pada Perbaikan Lingkungan Masih Kurang

Peralihan ini juga diperkirakan memberikan tambahan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 2.943 triliun dalam sepuluh tahun ke depan. Angka ini setara 14,3 persen PDB Indonesia pada tahun 2024. Efek berganda ekonomi hijau dari sisi PDB jauh melebihi struktur ekonomi saat ini yang masih bergantung pada sektor industri ekstraktif, salah satunya pertambangan.

Selain itu, peralihan ke ekonomi berkelanjutan juga diprediksi mampu membuka hingga 19,4 juta lapangan kerja baru dari berbagai sektor seperti pengembangan energi terbarukan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan industri ramah lingkungan lainnya. Pendapatan pekerja secara total dapat bertambah hingga Rp 902,2 triliun dari transformasi ini.

”Kita perlu menjadikan pemilu sebagai momentum untuk menyampaikan bahwa iklim dan lingkungan merupakan agenda penting dalam perekonomian ke depan. Kita membutuhkan perubahan kebijakan yang fundamental agar kita tidak menuju bencana iklim permanen,” ungkap Leonard.

Komitmen pasangan calon

Juru Bicara Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Andi Wira Pratama, menekankan bahwa pasangan Anies-Muhaimin berkomitmen dalam menjalankan ekonomi hijau. Menurut dia, industri ekstraktif merupakan industri yang sudah usang dan tidak bisa diandalkan karena berdampak buruk terhadap lingkungan.

Diskusi terkait deklarasi ekonomi hijau di Toeti Heraty Museum, Jakarta, Senin (5/2/2024).
KOMPAS/PRADIPTA PANDU

Diskusi terkait deklarasi ekonomi hijau di Toeti Heraty Museum, Jakarta, Senin (5/2/2024).

”Kami akan memperjuangkan industri manufaktur hijau dan mengembangkan energi yang ramah lingkungan seperti panas bumi dan surya. Pengembangan ini akan menyerap banyak tenaga kerja baru. Kemudian kami akan mengintegrasikan indeks ekonomi hijau di Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan perizinan berusaha,” tuturnya.

Baca juga: Generasi Muda Menuntut Pemulihan dan Perlindungan Lingkungan

Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Drajad Wibowo, menegaskan, perubahan iklim telah menjadi tantangan teratas yang harus diantisipasi. Bahkan, transisi menuju ekonomi hijau juga secara eksplisit telah dituangkan ke dalam visi-misi Prabowo-Gibran.

Sementara Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Satya Hergandhi, juga berkomitmen terhadap transisi menuju ekonomi hijau. Satya menyebut bahwa ekonomi hijau merupakan ekonomi masa depan, sedangkan ekonomi ekstraktif adalah kegiatan ekonomi masa lalu yang harus ditinggalkan.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan