logo Kompas.id
HumanioraKosa dan Kosakata
Iklan

Kosa dan Kosakata

Banyak kamus masa penjajahan memaknai ”kosa” sebagai ”tongkat dengan ujung berpengait besi untuk mengendalikan gajah”. Dalam kamus-kamus berikutnya, ”kosa” bermakna ”perbendaharaan”. Apa hubungannya dengan ”kosakata”?

Oleh
TD ASMADI
· 1 menit baca
Para mahot (pawang gajah) sedang mengajak gajahnya untuk mandi di sungai yang berada di belakang CRU Sampoiniet di Gampong Ie Jeureungeh, Mukim Pante Purba, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, Selasa (26/7). Keberadaan gajah itu sangat penting untuk mengantisipasi konflik antara satwa dan manusia di kawasan Aceh Jaya. Pawang gajah biasanya membawa <i>kosa </i>atau tongkat dengan ujung pengait besi untuk mengendalikan gajah.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Para mahot (pawang gajah) sedang mengajak gajahnya untuk mandi di sungai yang berada di belakang CRU Sampoiniet di Gampong Ie Jeureungeh, Mukim Pante Purba, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, Selasa (26/7). Keberadaan gajah itu sangat penting untuk mengantisipasi konflik antara satwa dan manusia di kawasan Aceh Jaya. Pawang gajah biasanya membawa kosa atau tongkat dengan ujung pengait besi untuk mengendalikan gajah.

Begitu dekat, tetapi begitu jauh. Itulah dua kata yang diserap dari bahasa Sanskerta. Dalam kamus, keduanya, kosa dan kosakata, berdekatan. Dalam makna, sayangnya, mereka berjauhan. Apa sebabnya? Kekurangtelitian, terutama dalam memaknai kata kosa?

Kosa, oleh banyak kamus masa penjajahan, umumnya diberi penjelasan ”tongkat dengan ujung berpengait besi untuk mengendalikan gajah”. Yang seperti itu dapat dibaca di kamus dwibahasa susunan HC Klinkert, atau Pijnappel (Melayu-Belanda), atau RJ Wilkinson (Melayu-Inggris).

Editor:
EVY RACHMAWATI
Bagikan