Pengendalian Tembakau
Konsumsi Rokok Sumbang ”Stunting”
Biaya untuk belanja rokok di rumah tangga tiga kali lipat lebih besar dibandingkan belanja untuk pangan sumber protein hewani. Hal tersebut menyebabkan anak pada keluarga perokok lebih berisiko mengalami ”stunting”.

Sukarelawan menunjukkan botol berisi sampah puntung rokok dalam kegiatan "Plogging Cigarette Butt" di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (28/5/2023). World Cleanup Day (WCD) Indonesia dan Yayasan Lentera Anak mengampanyekan dampak buruk rokok terhadap kesehatan dan lingkungan untuk menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang diperingati setiap tanggal 31 Mei.
JAKARTA, KOMPAS — Anak yang hidup di tengah keluarga perokok memiliki risiko mengalami stunting atau tengkes lebih tinggi dibandingkan dengan anak di keluarga bukan perokok. Hak anak untuk mendapatkan gizi yang optimal tidak terpenuhi. Berbagai persoalan lain juga bisa terjadi dari keluarga perokok.
Ketua Kelompok Kerja Bidang Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Feni Fitriani Taufik dalam konferensi pers dalam rangka peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Jakarta, Selasa (30/5/2023), mengatakan, keluarga perokok tidak hanya sekadar membeli rokok, tetapi juga berperilaku merokok. Tidak jarang pula anggota keluarga yang merokok akan merokok di depan anak.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 8 dengan judul "Konsumsi Rokok Sumbang ”Stunting”".
Baca Epaper Kompas