logo Kompas.id
HumanioraDunia Pendidikan Mulai Tak...
Iklan

Dunia Pendidikan Mulai Tak Berjarak dengan Isu Kesehatan Mental

Kini, pendidikan tak cukup soal akademik, tetapi harus memastikan keberpihakan pada ”wellbeing” dan kesehatan mental siswa.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
· 1 menit baca
Muhammad Ali Sodikin, Guru SMK Negeri 1 Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, membiasakan kegiatan<i> circle time </i>sebelum atau sesudah pembelajaran. Para siswa melingkar untuk berdiskusi bersama tentang suatu masalah sosial lalu bebas untuk mengutarakan pendapat. Semua siswa belajar untuk menghargai dan menghormati tanpa rasa takut salah. Pembiasaan ini juga untuk memberi ruang peserta didik didengarkan dan dibangun sosial emosional dan kesadaran dirinya yang berguna untuk mendukung kesehatan mental para remaja.
DOKUMENTASI PRIBADI

Muhammad Ali Sodikin, Guru SMK Negeri 1 Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, membiasakan kegiatan circle time sebelum atau sesudah pembelajaran. Para siswa melingkar untuk berdiskusi bersama tentang suatu masalah sosial lalu bebas untuk mengutarakan pendapat. Semua siswa belajar untuk menghargai dan menghormati tanpa rasa takut salah. Pembiasaan ini juga untuk memberi ruang peserta didik didengarkan dan dibangun sosial emosional dan kesadaran dirinya yang berguna untuk mendukung kesehatan mental para remaja.

Kesehatan mental semakin memasuki kesadaran banyak orang. Di tahun 2023, berdasarkan survei Forbes, sekitar 45 persen warga Amerika Serikat telah menjadikan target kesehatan mental sebagai resolusi Tahun Baru 2023 teratas.

Pengalaman dunia menghadapi pandemi Covid-19 yang membuat manusia berjarak, bahkan berada pada masa penguncian, tidak bisa ke luar rumah dalam waktu lama, menjadi momentum betapa selama ini manusia abai dengan masalah kesehatan mental. Dari berbagai survei, rasa khawatir, cemas, depresi memuncak, bahkan berujung pada bunuh diri.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan