logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊStunting di Perkotaan, Sebuah ...
Iklan

Stunting di Perkotaan, Sebuah Ironi

Penyakit TBC dan stunting kerap berhubungan. Kondisi ini berakar pada kemiskinan yang belum bisa dilepaskan sebagian warga Jakarta.

Oleh
ERIKA KURNIA, SEKAR GANDHAWANGI, JUMARTO YULIANUS, ZULKARNAINI, AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO, DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO, Agustinus Yoga Primantoro
Β· 1 menit baca
Nurjanah (16, kiri) menggendong anaknya yang berusia 15 bulan untuk melakukan pemeriksaan tinggi dan berat badan di rumahnya, Kelurahan Cakung Barat, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Sabtu (8/4/2023). Anaknya didiagnosis mengalami "stunting" atau tengkes, serta tuberkulosis (TBC). Nurjanah pun mengikuti program penanganan "stunting" di posyandu agar anaknya kembali sehat.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Nurjanah (16, kiri) menggendong anaknya yang berusia 15 bulan untuk melakukan pemeriksaan tinggi dan berat badan di rumahnya, Kelurahan Cakung Barat, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Sabtu (8/4/2023). Anaknya didiagnosis mengalami "stunting" atau tengkes, serta tuberkulosis (TBC). Nurjanah pun mengikuti program penanganan "stunting" di posyandu agar anaknya kembali sehat.

Nurjanah menuntun anak 15 bulannya ke ruang konsultasi gizi di Puskesmas Cakung Barat, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Ibu 16 tahun itu rutin mengonsultasikan kesehatan bayi laki-lakinya, Rafka, yang enam bulan terakhir didiagnosis stunting dan terinfeksi tuberkulosis atau TBC.

Tenaga gizi yang menyambut mereka kemudian memeriksa fisik Rafka. Tubuh bayi itu ditimbang kemudian diukur tinggi badannya. Pengukuran menunjukkan, berat Rafka 7,9 kilogram (kg) dan tinggi badannya 75 centimeter.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan