logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊEufemisme dan Moral
Iklan

Eufemisme dan Moral

Eufemisme ternyata bisa membuat lebih daripada memperhalus bahasa saja. Eufemisme menyebabkan sesuatu yang lebih serius, yaitu memanipulasi kualifikasi moral.

Oleh
K Bertens
Β· 1 menit baca
Para pengunjuk rasa menampilkan poster bertuliskan Bantu Vova (nama kecil dari Vladimir Putin) menemukan Den Haag (eufemisme untuk Pengadilan Kriminal Internasional/ICC) saat aksi protes untuk mendukung kritikus Kremlin, Alexei Navalny, di depan kanselir di Berlin, Jerman, Rabu (21/4/2021).
JOHN MACDOUGALL

Para pengunjuk rasa menampilkan poster bertuliskan Bantu Vova (nama kecil dari Vladimir Putin) menemukan Den Haag (eufemisme untuk Pengadilan Kriminal Internasional/ICC) saat aksi protes untuk mendukung kritikus Kremlin, Alexei Navalny, di depan kanselir di Berlin, Jerman, Rabu (21/4/2021).

Kita menggunakan eufemisme untuk memperhalus tuturan atau tulisan. Karena itu, cara bicara eufemistis tidak menyangkut segi dalam atau arti bahasa, tapi sebatas segi luar atau tampaknya saja.

Jika dikatakan bahwa seorang manusia sudah mati, hal itu bisa benar, tetapi rasanya ungkapan itu kurang pas, kurang enak kedengarannya. ”Mati” kita katakan tentang tumbuhan, pohon, atau binatang. Akan tetapi, tentang manusia kita katakan bahwa ia meninggal dunia.

Editor:
Bagikan