TEATER
Kegilaan Massal Kawula dan Bupatinya
Putu Wijaya menulis naskah ”Aum” pada tahun 1981 yang mementaskannya dengan beraneka keaktualan. Sastrawan kawakan tersebut terinspirasi People’s Temple di Jonestown, Guyana, tetapi disesuaikan dengan perkembangan zaman.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F01%2F14%2Fc1353df9-ecc1-4669-9a00-4de3427c61e1_jpg.jpg)
Teater Mandiri mementaskan naskah karya Putu Wijaya berjudul Aum di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (5/1/2023). Pertunjukan solidaritas dengan lakon Aum sebelumnya juga dipentaskan di Art Center, Denpasar, Bali, Oktober 2022 lalu.
Ketidaksiapan publik menghadapi lompatan teknologi yang demikian pesat diangkat lewat Aum. Drama tersebut diperkaya dengan sentilan mengenai kesenjangan otoritas dan rakyatnya. Naskah lawas, tetapi tetap aktual dengan disisipi pengingat untuk memandu insan menegaskan batas-batas kewarasannya.
Ingar bingar berlangsung di depan rumah bupati. Sepasang pria garang berseragam bak tentara kolonial yang bersiap menyambut atasannya itu dibuat pontang-panting dengan kehadiran warga kampung. Mereka hendak beranjangsana, tetapi bersitegang dengan petugas-petugas yang ternyata hanya petugas satpam.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 11 dengan judul "Kegilaan Massal Kawula dan Bupatinya".
Baca Epaper Kompas