logo Kompas.id
β€Ί
Gaya Hidupβ€ΊMengindahkan Dunia Warga
Iklan

Mengindahkan Dunia Warga

Parade Pameran Tunggal 51 Perupa benar dikatakan penggagasnya, William Robert, bukan semata sebuah pameran karya seni rupa. Ini sebuah gerakan sosial di tengah pandemi Covid-19 agar kita tetap tangguh.

Oleh
Nawa Tunggal & Mohammad Hilmi Faiq
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/jsqzkkLLzHw02f3hjzU2rkbNpYc=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2022%2F01%2F23462067-a8eb-425c-b36f-f50766f876dd_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Pelukis Ade Pasker melayani pembeli kelapa muda di kiosnya di Pasar Modern Paramount Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (13/1/2022). Ade memajang karya lukisnya di dalam kios yang menjadi tempat usahanya. Pameran tersebut merupakan bagian dari parade pameran tunggal yang diikuti oleh 51 perupa. Pameran yang digagas oleh perupa William Robert dari jejaring budaya BOSEN2020 ini mencoba menampilkan semangat ketangguhan agar tetap bertahan dengan tetap berkarya selama masa pandemi.

Ketika perupa memamerkan karya-karya seni di tempat tinggal mereka, warga di sekeliling menemukan sisi lain yang menggembirakan. Itu, antara lain, yang tersirat dari Parade Pameran Tunggal 51 Perupa di wilayah Jabodetabek. Pameran ini menggugurkan elitisme seni sebagaimana tuduhan banyak kalangan sekaligus mengindahkan dunia warga.

Suatu pagi di awal Desember 2021, tukang jamu Wahyuti (52) memasuki rumah Setiyoko Hadi, salah satu pelanggan setianya di Depok. Ketika kakinya menginjak beberapa anak tangga yang menghubungkan dengan lantai atas, Wahyuti ragu dan berhenti sejenak. Dia baru sadar, ada yang tidak biasa dengan tangga itu karena terdapat gambar wajah Setiyoko di setiap anak tangga. ”Bapake Dion, maaf, ini tidak apa-apa diinjak-injak?” kata Wahyuti yang tentu saja diizinkan Bapake Dion, panggilan akrab Setiyoko.

Editor:
Dahono Fitrianto
Bagikan