logo Kompas.id
Gaya HidupDualitas “Cancel Culture” yang...
Iklan

Dualitas “Cancel Culture” yang Dilematis

Dunia maya menjadi tempat interaksi warganet yang memunculkan gerakan-gerakan komunal baru. Salah satunya adalah ”cancel culture” yang secara harfiah berarti budaya pembatalan.

Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/KcMHCngbCrrssfWFHwfiHxPBt7c=/1024x637/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2FCUBA-TWITTER_82967421_1568993654.jpg
REUTERS/KACPER PEMPEL

Orang-orang memegang ponsel di depan latar belakang logo Twitter. Gambar ilustrasi ini diambil pada 27 September 2013.

Twitter, do your thing” atau ”Twitter, do your magic”. Dua kalimat ini sangat sering muncul di Twitter. Kalimat itu digunakan untuk mendorong warganet menilai sesuatu. Apabila mereka tidak menyukainya, mereka akan menggali lebih dalam isu tersebut dan kemudian melakukan budaya pembatalan alias cancel culture.

Sederhananya, cancel culture berarti aksi pemboikotan oleh warganet kepada seseorang, sekelompok orang, atau institusi yang melakukan hal ofensif. Pemboikotan bisa dalam bentuk kecaman, pembahasan kesalahan masa lalu, doxing, atau penghentian dukungan secara massal kepada orang tersebut. Kegiatan pemboikotan berlangsung sistematis, seperti lewat petisi daring, surat terbuka, dan tagar.

Editor:
Maria Susy Berindra
Bagikan