Dampak Pelonggaran Moneter Saja Tidak Cukup untuk Mengerek Kinerja Manufaktur
Nasib manufaktur tidak cukup bergantung pada dinamika moneter. Mesti ada kebijakan yang melindungi pasar dari impor.
JAKARTA, KOMPAS — Pelonggaran kebijakan moneter yang berimbas pada menguatnya rupiah bisa menjadi ”angin segar” yang mengerek kinerja manufaktur setelah terkontraksi dua bulan berturut-turut. Namun, itu saja tidak cukup. Industri pengolahan tetap membutuhkan kebijakan suportif yang bisa melindungi pasar domestik dari serbuan impor.
Era suku bunga tinggi (higher for longer) yang terjadi selama dua tahun terakhir mulai menunjukkan tanda-tanda melandai. Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), pada 18 September 2024 lalu akhirnya menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate/FFR sebesar 50 basis poin (bps) dari 5,25-5,5 persen menjadi 4,75-5,25 bps.