logo Kompas.id
EkonomiDampak Pelonggaran Moneter...
Iklan

Dampak Pelonggaran Moneter Saja Tidak Cukup untuk Mengerek Kinerja Manufaktur

Nasib manufaktur tidak cukup bergantung pada dinamika moneter. Mesti ada kebijakan yang melindungi pasar dari impor.

Oleh
AGNES THEODORA
· 1 menit baca
Pekerja menyelesaikan pembuatan kaus di bengkel kerja Sinergi Adv di kawasan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, Selasa (2/7/2024). Dengan dibantu 300 pekerja, usaha konfeksi milik Prama Tirta ini mampu memproduksi 500.000 kaus per bulan. Di tengah lesunya industri tekstil dan produk tekstil nasional, momen pemilu dan pilkada menjadi salah satu cara bagi usaha ini untuk menggaet pelanggan agar dapat tetap bertahan.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja menyelesaikan pembuatan kaus di bengkel kerja Sinergi Adv di kawasan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, Selasa (2/7/2024). Dengan dibantu 300 pekerja, usaha konfeksi milik Prama Tirta ini mampu memproduksi 500.000 kaus per bulan. Di tengah lesunya industri tekstil dan produk tekstil nasional, momen pemilu dan pilkada menjadi salah satu cara bagi usaha ini untuk menggaet pelanggan agar dapat tetap bertahan.

JAKARTA, KOMPAS — Pelonggaran kebijakan moneter yang berimbas pada menguatnya rupiah bisa menjadi ”angin segar” yang mengerek kinerja manufaktur setelah terkontraksi dua bulan berturut-turut. Namun, itu saja tidak cukup. Industri pengolahan tetap membutuhkan kebijakan suportif yang bisa melindungi pasar domestik dari serbuan impor.

Era suku bunga tinggi (higher for longer) yang terjadi selama dua tahun terakhir mulai menunjukkan tanda-tanda melandai. Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), pada 18 September 2024 lalu akhirnya menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate/FFR sebesar 50 basis poin (bps) dari 5,25-5,5 persen menjadi 4,75-5,25 bps.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan