Uang Kuliah Mahal, ”Student Loan” Dikaji agar Tidak Memberatkan
Skema pinjaman berbasis pendapatan dinilai lebih ringan untuk mahasiswa dan mengurangi potensi gagal bayar.
![Sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Bandung berdemonstrasi di depan Rektorat ITB, Jalan Sulanjana, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (29/1/2024). Mereka menuntut kemudahan dalam membayar uang kuliah tunggal tanpa harus melibatkan pinjaman daring berbunga tinggi.](https://cdn-assetd.kompas.id/M0zBSbV4BJ0lRTluRIKyARzI6-0=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F01%2F29%2F49cc98cd-1421-4340-8c14-197c087b0ba2_jpg.jpg)
Sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Bandung berdemonstrasi di depan Rektorat ITB, Jalan Sulanjana, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (29/1/2024). Mereka menuntut kemudahan dalam membayar uang kuliah tunggal tanpa harus melibatkan pinjaman daring berbunga tinggi.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah sedang menggodok skema pinjaman pendidikan atau student loan untuk menyikapi isu mahalnya biaya kuliah. Skema pinjaman itu masih dikaji secara mendalam agar tidak malah menjebak mahasiswa dalam jerat utang jangka panjang. Pinjaman perlu disesuaikan dengan level pendapatan dan kemampuan ekonomi mahasiswa setelah lulus.
Sejauh ini, ada dua opsi skema pinjaman yang mengemuka. Pertama, pinjaman berbasis mortgage atau kredit jangka panjang dengan hak tanggungan. Skema ini menyerupai student loan di Amerika Serikat dan Kanada. Dalam sistem ini, tenor pembayaran sudah ditetapkan sejak awal. Tipe pinjaman ini biasanya lebih memberatkan dengan potensi gagal bayar yang lebih besar.