Pariwisata
Jatuh Bangun Ekowisata dan Kakao Desa Nglanggeran
Warisan itu tidak akan bertahan tanpa komitmen masyarakat di kaki gunung purba Gunungkidul itu untuk membangun desa.
![Lanskap gunung api purba Nglanggeran di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Rabu (26/2/2020). Kawasan wisata alam itu semakin diminati sebagai salah satu tempat tujuan wisata utama di DIY.](https://assetd.kompas.id/3w3V1yLgLZjQa2WBxcx9Lj447Qc=/1024x682/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F02%2F26%2F5e226963-71b4-4897-849a-242ca66570e4_jpg.jpg)
Lanskap gunung api purba Nglanggeran di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Rabu (26/2/2020). Kawasan wisata alam itu semakin diminati sebagai salah satu tempat tujuan wisata utama di DIY.
Berlokasi 25 kilometer tenggara Kota Yogyakarta, Desa Nglanggeran menawarkan dua hal menarik, ekowisata dan kakao. Dua warisan lama penduduk di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu sempat beberapa kali jatuh dan bangkit.
Pemandangan hamparan sawah hijau dengan latar gunung api purba telah lama menjadi daya tarik desa tersebut. Namun, ini tidak berarti bagi orang luar tanpa usaha masyarakat setempat mengembangkan potensi pariwisata setempat.