PERTAMBANGAN
Banjirnya Produk Nikel dan Disorientasi Hilirisasi
Untuk jangka pendek, moratorium smelter dinilai perlu dikaji. Untuk jangka panjang, perlu perencanaan yang matang.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F01%2F18%2Fccaa5684-4253-4bce-8b7c-9b14fa42aa1b_jpg.jpg)
Proses pendinginan feronikel
JAKARTA, KOMPAS — Upaya hilirisasi atau peningkatan nilai tambah nikel dinilai kurang perencanaan matang dari hulu ke hilir. Selain masih belum siapnya industri penyerap di dalam negeri, produk setengah jadi seperti feronikel dan nikel pig iron juga telanjur membanjiri dunia dan turut menyebabkan harga nikel internasional merosot. Ini menjadi pelajaran untuk pengembangan komoditas lain.
Larangan ekspor bijih nikel, sebagai upaya peningkatan nilai tambah, diberlakukan sejak 2020. Sejak itu, bijih nikel wajib diolah di dalam negeri. Apabila sudah menjadi produk turunannya (setengah jadi), seperti feronikel, nikel pig iron, dan nikel matte, baru boleh diekspor.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 9 dengan judul "Disorientasi Hilirisasi Mineral Perlu Diantisipasi".
Baca Epaper Kompas