Ada ”Bot Spam” di Balik Hilangnya Nama Mahfud MD di Pencarian X
Sejak 2012 telah banyak pasukan siber yang terlatih ataupun dilatih memelihara dan mempromosikan ratusan ”bot” dan akun.
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah berkomunikasi dengan X (dulu Twitter) setelah ramai hilangnya pencarian kata kunci ”Mahfud MD” di X. Dari hasil komunikasi, diketahui terdapat bot spam atau agen otomatis di setiap postingan yang selalu menyertakan kata kunci ”Mahfud MD”, padahal tidak saling berkaitan sehingga X harus membersihkan.
Kejadian hilangnya kata kunci ”Mahfud MD” terjadi pada Kamis (25/1/2024) malam sampai Jumat (26/1/2024) pagi. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sekaligus calon wakil presiden Mahfud MD sendiri merasa heran dengan kejadian ini. Melalui akun resminya di X, dia sempat mencuit, ”Wah, kok bisa ya @TwitterID ??? SELESAI.”
Menurut Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Semuel Abrijani Pangerapan, per Jumat (26/1/2024), X sudah tuntas memulihkan sehingga kata kunci nama Calon Wakil Presiden 2024 itu sudah muncul lagi di pencarian di X.
”Adanya bot spam itu mengganggu dinamika kampanye Pemilu 2024. Itu dipastikan bukan manusia yang melakukannya dan tidak organik. X sudah melakukan pembersihan,” ujarnya.
Semuel menyampaikan, pihaknya tidak mengetahui siapa yang menggerakkan bot spam tersebut. Kemkominfo terus berkoordinasi dengan platform media sosial untuk memantau pergerakan konten disinformasi dan ujaran kebencian. Kemkominfo juga menggandeng kepolisian untuk bersama-sama menjaga ruang digital selama kampanye Pemilu 2024.
Baca juga: Hindari Konflik Kepentingan, Mahfud MD Siap Mundur dari Jabatan Menko Polhukam
Pemilu langsung telah terselenggara lima kali. Harapannya, masyarakat semakin cerdas menerima informasi yang beredar di masyarakat.
”Terkait pendengung dan bot, kami memang punya alat untuk memblokir laman dan internet protocol address. Akan tetapi, jika terkait isi konten, kami bekerja sama dengan seluruh platform daring untuk penanganan (jika ada hoaks, disinformasi, dan konten negatif),” ujar Semuel.
Peneliti Utama Safer Internet Lab di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Beltsazar Krisetya, saat dihubungi terpisah, berpendapat, serangan pendengung melalui bot bukan fenomena baru. Sejak 2012 telah banyak pasukan siber yang terlatih ataupun dilatih memelihara dan mempromosikan ratusan bot dan akun.
Bedanya, kali ini serangan pendengung melalui bot menggunakan taktik dan waktu serangan yang berbeda. Untuk taktik, bot sekarang tidak diarahkan untuk memfitnah, tetapi mengaburkan fakta, menimpa fakta dengan informasi tidak kredibel, kata kunci, dan laman tidak bisa diakses.
”Mirip serangan DDoS,” ujarnya. Serangan DDoS atau distributed denial of service attact merupakan serangan siber dengan cara mengirimkan lalu lintas palsu ke suatu sistem atau server secara terus-menerus.
Terkait perubahan waktu serangan, dia menyampaikan, saat ini rata-rata serangan bot terjadi setelah ada peristiwa tertentu. Pada konteks kasus kata kunci Mahfud MD hilang, bot dikerahkan setelah acara Debat Presiden -Wakil Presiden 2024 dan acara diskusi ”Tabrak Prof!”. Lalu, cuplikan-cuplikan konten acara diambil ditambah narasi yang diinginkan. Akibatnya, konten yang dikeluarkan tidak akurat.
Menurut Beltsazar, Kemkominfo perlu mengatasi kasus, seperti yang ada dalam kata kunci ”Mahfud MD”, tetapi Kemkominfo tidak melakukannya sendiri. Kemkominfo perlu bekerja sama dengan perusahaan platform media sosial. Perusahaan platform media sosial biasanya memiliki alat ataupun data yang cukup kuat untuk mendeteksi ketika ada perilaku tidak asli ataupun banyak akun yang menyuarakan pesan sama dalam jangka waktu pendek.
”Kemkominfo perlu dialog dengan perusahaan platform media sosial untuk mencari standar bersama mengatasi perilaku tidak autentik di media sosial. Dengan demikian, ketika ada kejadian seperti hilangnya kata kunci ”Mahfud MD”, serangan bisa disetop lebih awal,” ucapnya.
Baca juga: Kampanye di Media Sosial: Sosok Pendengung dan Pemengaruh Semakin ”Cair”