logo Kompas.id
EkonomiBerbenah Problem Klasik...
Iklan

PERTANIAN

Berbenah Problem Klasik Penyaluran Pupuk

Pengawasan yang menyeluruh hingga level terbawah dapat menekan potensi kebocoran penyaluran pupuk bersubsidi.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
· 0 menit baca
Caung (55) membersihkan gulma di sekitar rumpun padi yang berumur 30 hari di sawah garapannya di kawasan Cisauk, Tangerang, Banten, Rabu (21/7/2021). Caung mengeluhkan susahnya mencari pupuk urea bersubsidi pada awal musim tanam seperti saat ini.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Caung (55) membersihkan gulma di sekitar rumpun padi yang berumur 30 hari di sawah garapannya di kawasan Cisauk, Tangerang, Banten, Rabu (21/7/2021). Caung mengeluhkan susahnya mencari pupuk urea bersubsidi pada awal musim tanam seperti saat ini.

Penyaluran pupuk bersubsidi kerap kali terkendala ketersediaan di samping terbatasnya alokasi per tahun bagi para petani. Oleh karena itu, perlu dihitung secara riil kebutuhan di daerah disertai dengan sistem pelaporan atau feedback sehingga penyalurannya optimal. Pada akhirnya, pemenuhan kebutuhan pupuk dalam negeri lebih baik ketimbang ketergantungan impor pangan.

Kelangkaan pupuk bersubsidi saat musim tanam berulang kali terjadi di berbagai daerah sentra pertanian menjadi problem pelik dan klasik di Indonesia. Padahal, pupuk menjadi elemen krusial dalam upaya menggenjot peningkatan produksi pertanian. Di sisi lain, pemerintah memiliki agenda besar kedaulatan pangan, misalnya dengan pembangunan pabrik pupuk di Fakfak, Papua Barat.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 9 dengan judul "Berbenah Problem Klasik Penyaluran Pupuk".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Artikel Terkait
Belum ada artikel
Iklan