logo Kompas.id
EkonomiEl Nino dan Kisah Sepiring...
Iklan

El Nino dan Kisah Sepiring Nasi Petani

El Nino membuka lembaran kisah para petani yang ”ngupoyo upo”. Banyak risiko yang dihadapi dan pengorbanan yang dialami para penjaga ketahanan pangan itu untuk menyajikan nasi bagi orang lain, bahkan di piring sendiri.

Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO, HENDRIYO WIDI, ABDULLAH FIKRI ASHRI
· 1 menit baca
Pasangan petani, Wagiyo (67) dan Parni (62), membuat saluran air menuju sawahnya yang sedang bera (tidak ditanami) di Desa Wonokerso, Kedawung, Sragen, Jawa Tengah, Kamis (14/9/2023). Mereka terpaksa membiarkan sawahnya bera di musim kemarau karena tidak mempunyai dana membuat sumur bor untuk mengairi sawahnya.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pasangan petani, Wagiyo (67) dan Parni (62), membuat saluran air menuju sawahnya yang sedang bera (tidak ditanami) di Desa Wonokerso, Kedawung, Sragen, Jawa Tengah, Kamis (14/9/2023). Mereka terpaksa membiarkan sawahnya bera di musim kemarau karena tidak mempunyai dana membuat sumur bor untuk mengairi sawahnya.

Banyak kisah yang terkandung dari sepiring nasi petani. Setiap butirnya mencerminkan berbagai pergulatan, seperti kepasrahan, kerja keras, ataupun keuletan petani menaklukkan tantangan. Lebih-lebih sewaktu musim kemarau panjang akibat dampak El Nino menerjang.

Hamparan lahan sawah terlihat kering dan gersang di Desa Wonokerso, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Kamis (14/9/2023) siang. Tanahnya tidak lagi gembur. Konturnyaterasa keras. Retakan tanah tampak kentara menyebar di berbagai area. Bekas panenan padi dari musim tanam (MT) II dibiarkan tetap menancap pada sawah tandus itu.

Editor:
AUFRIDA WISMI WARASTRI
Bagikan