logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊBeda Nasib Karet RI dan...
Iklan

Beda Nasib Karet RI dan Thailand

Indonesia masih membutuhkan solusi konkret atas persoalan industri hulu-hilir karet. Adapun Thailand mulai menggulirkan program jaminan harga karet petani serta meningkatkan produksi, hilirisasi, dan ekspor karet.

Oleh
Hendriyo Widi
Β· 0 menit baca
Harga getah karet turun drastis di Jambi tiga bulan terakhir. Satu kilogram karet remah kini dihargai Rp 7.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 13.000. Petani jadi makin tak bersemangat ke kebun untuk menyadap getah karet. Tetesan getah di Desa Kubu Kandang, Kecamatan Pemayung, Batanghari, Jambi, Kamis (1/12/2022).
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Harga getah karet turun drastis di Jambi tiga bulan terakhir. Satu kilogram karet remah kini dihargai Rp 7.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 13.000. Petani jadi makin tak bersemangat ke kebun untuk menyadap getah karet. Tetesan getah di Desa Kubu Kandang, Kecamatan Pemayung, Batanghari, Jambi, Kamis (1/12/2022).

Harga karet alam dunia tengah bergejolak dan sempat anjlok di titik terendah tahun ini. Permintaan karet dan produk olahan karet juga belum tumbuh maksimal. Di sisi lain, produktivitas karet turun akibat dampak cuaca, penyakit gugur daun, dan mahalnya harga pupuk.

Indonesia dan Thailand, masing-masing negara produsen karet terbesar nomor dua dan satu dunia, menghadapi situasi dan kondisi yang kurang lebih sama. Bedanya, Indonesia masih membutuhkan solusi konkret atas persoalan industri hulu-hilir karet, sedangkan Thailand telah meminta bank-bank milik negara menyiapkan dana besar untuk menjamin harga di tingkat petani serta meningkatkan produksi, hilirisasi, dan ekspor karet.

Editor:
MUHAMMAD FAJAR MARTA
Bagikan