logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€Ί99 PLTU Batubara Mengawali...
Iklan

99 PLTU Batubara Mengawali Perdagangan Karbon

Dalam perdagangan karbon, pembangkit defisit membeli emisi dari pembangkit surplus. Dari 99 PLTU, ada 500.000 ton CO2e emisi yang akan diperdagangkan atau yang surplus pada 2023, dari total potensi 20 juta ton CO2e.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
Β· 0 menit baca
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Labuan unit 2, Pandeglang, Banten, beroperasi untuk memenuhi kebutuhan listrik wilayah Jawa, Bali, dan Madura, Rabu (18/2). Badan Koordinasi Penanaman Modal akan memfasilitasi investasi 11 proyek di bidang ketenagalistrikan yang terhambat realisasinya. Sebelas proyek itu terdiri dari 10 proyek pembangkit dengan kapasitas total 8.136 megawatt dan satu proyek transmisi tegangan 500 kilovolt dengan nilai Rp 146,59 triliun.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Pembangkit Listrik Tenaga Uap Labuan unit 2, Pandeglang, Banten, beroperasi untuk memenuhi kebutuhan listrik wilayah Jawa, Bali, dan Madura, Rabu (18/2). Badan Koordinasi Penanaman Modal akan memfasilitasi investasi 11 proyek di bidang ketenagalistrikan yang terhambat realisasinya. Sebelas proyek itu terdiri dari 10 proyek pembangkit dengan kapasitas total 8.136 megawatt dan satu proyek transmisi tegangan 500 kilovolt dengan nilai Rp 146,59 triliun.

JAKARTA, KOMPAS β€” Kementerian Energi Sumber Daya Mineral meluncurkan skema perdagangan karbon subsektor pembangkit tenaga listrik sebagai upaya menurunkan emisi gas rumah kaca. Untuk tahap I pada 2023, perdagangan karbon secara langsung dilakukan oleh 99 pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU berbasis batubara dari 42 perusahaan.

Sebanyak 99 PLTU itu berkapasitas terpasang 33,6 gigawatt (GW) terhubung ke jaringan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PLTU tersebut menjadi peserta perdagangan karbon setelah Kementerian ESDM menetapkan nilai Persetujuan Teknis Batas Atas Emisi Pelaku Usaha (PTBAE-PU). Adapun perdagangan tidak boleh dilakukan di antara entitas (perusahaan) yang sama.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan