logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊKalah dalam Sengketa Bisa...
Iklan

Kalah dalam Sengketa Bisa Hambat Hilirisasi Nikel

Program hilirisasi dinilai bisa terhambat jika Indonesia kalah dalam sengketa soal nikel di WTO. Namun, RI bisa mencari solusi lain, seperti berunding dengan Uni Eropa dan menawarkan investasi di sektor pengolahan nikel.

Oleh
Hendriyo Widi
Β· 1 menit baca
Pekerja memeriksa produk feronikel hasil pengolahan bijih nikel di pabrik PT Aneka Tambang (Antam) di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Jumat (11/5/2011). PT Antam merupakan satu-satunya perusahaan tambang yang memiliki pabrik feronikel dari puluhan perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Sultra.
KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG

Pekerja memeriksa produk feronikel hasil pengolahan bijih nikel di pabrik PT Aneka Tambang (Antam) di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Jumat (11/5/2011). PT Antam merupakan satu-satunya perusahaan tambang yang memiliki pabrik feronikel dari puluhan perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Sultra.

JAKARTA, KOMPAS – Hilirisasi nikel nasional bisa terhambat jika Indonesia kalah dalam kasus sengketa nikel di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Hal itu akan berpengaruh pula ke program Pengembangan Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi dan industri baja nirkarat Indonesia.

Direktur Eksekutif Next Policy dan juga ekonom dari Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi, Selasa (22/11/2022), mengatakan, Indonesia saat ini sangat membutuhkan nikel untuk menopang program Pengembangan Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi dan industri baja tahan karat. Jika kalah dalam sengketa itu, program tersebut bisa terganggu dan terhambat, serta pertumbuhan industri baja tahan karat nasional bakal melambat.

Editor:
MUKHAMAD KURNIAWAN
Bagikan