logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊGejolak di Pasar Global,...
Iklan

Gejolak di Pasar Global, Peluang bagi Kedelai Lokal

Kedelai lokal, lantaran kalah kompetitif dibandingkan kedelai impor, kerap tidak menguntungkan petani. Kebijakan yang berpihak diperlukan agar petani bersemangat menanam. Indonesia sesungguhnya punya kedelai berkualitas.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
Β· 1 menit baca
Para perajin tempe di sentra produksi tempe Kelurahan Tugu, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, berunjuk rasa di kampungnya, Senin (21/2/2022). Selain berunjuk rasa, para perajin mogok produksi karena tingginya harga kedelai impor di pasaran. Harga kedelai impor naik dari Rp 8.500 per kilogram menjadi Rp 12.000 per kg.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN (HAS)

Para perajin tempe di sentra produksi tempe Kelurahan Tugu, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, berunjuk rasa di kampungnya, Senin (21/2/2022). Selain berunjuk rasa, para perajin mogok produksi karena tingginya harga kedelai impor di pasaran. Harga kedelai impor naik dari Rp 8.500 per kilogram menjadi Rp 12.000 per kg.

Sebenarnya, setiap kali harga kedelai impor naik, ada momentum mengentaskan kedelai lokal. Namun, segala ikhtiar yang telah ditempuh belum mampu mengimbangi besarnya tantangan. Kenyataannya, angka produksi kedelai lokal terus menyusut beberapa tahun terakhir. Upaya ekstra bersama-sama dibutuhkan agar harapan pada kedelai lokal tidak layu.

Pada Rabu (23/2/2022) sore, di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Hadi (55) duduk di samping gerobak ketoprak miliknya. Begitu pembeli datang, seperti biasa, ia menyiapkan piring dan bahan-bahan ketoprak, termasuk kacang. Sekilas tidak ada yang berbeda. Namun, saat membuka tutup wajan, bukan tahu yang ada di sana, melainkan bakwan.

Editor:
MUKHAMAD KURNIAWAN
Bagikan