logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊLonjakan Harga Kedelai Impor, ...
Iklan

Lonjakan Harga Kedelai Impor, Momentum Kembangkan Kedelai Lokal

Lonjakan harga kedelai impor yang diikuti mogok massal produsen tahu tempe bisa menjadi momentum pengembangan kedelai lokal. Petani berharap ada jaminan harga dan penyerapan hasil panen mereka agar problem tak berulang.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
Β· 1 menit baca
Pekerja menuang kedelai yang telah direbus untuk diolah menjadi tempe di Desa Sinduadi, Mlati, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (18/2/2022). Kenaikan harga bahan baku kedelai memaksa industri tersebut memperkecil ukuran tempe yang mereka buat agar tidak merugi. Harga kedelai yang dipasok ke tempat itu saat ini berkisar Rp 11.500 per kilogram. Akhir Januari 2022 lalu harga bahan baku kedelai masih berkisar Rp 10.500 per kilogram.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pekerja menuang kedelai yang telah direbus untuk diolah menjadi tempe di Desa Sinduadi, Mlati, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (18/2/2022). Kenaikan harga bahan baku kedelai memaksa industri tersebut memperkecil ukuran tempe yang mereka buat agar tidak merugi. Harga kedelai yang dipasok ke tempat itu saat ini berkisar Rp 11.500 per kilogram. Akhir Januari 2022 lalu harga bahan baku kedelai masih berkisar Rp 10.500 per kilogram.

JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah petani dan kelompok tani berharap meroketnya harga kedelai impor berdampak positif bagi upaya mengembangkan kedelai lokal. Mereka ingin kedelai lokal bisa terus meningkat produksinya dan perlahan mengurangi ketergantungan Indonesia pada kedelai impor. Selain upaya mendongkrak produktivitas, tantangan lain yang dihadapi petani adalah terkait jaminan harga dan penyerapan hasil panen.

Ketua Gabungan Kelompok Tani Pangudi Makmur Desa Belor, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Abdul Aris (56) saat dihubungi, Senin (21/2/2022) berpendapat, petani di wilayahnya biasanya menanam kedelai sekali dalam setahun. Sementara di dua musim lain, petani menanam padi.

Editor:
MUKHAMAD KURNIAWAN
Bagikan