β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊPredator Seks
Iklan

Predator Seks

Penyimpangan bahasa dapat diterima pengguna bahasa karena berbagai faktor, seperti terjadi pada predator seks. Idiom yang identik dengan binatang buas itu disematkan pada manusia yang perilakunya seperti binatang.

Oleh
Nur Hadi
Β· 1 menit baca
Terdakwa kekerasan seksual terhadap belasan santri di Bandung, Herry Wirawan (rompi merah), berdiskusi dengan tim penasihat hukumnya di tengah persidangan di Pengadilan Negeri Kelas 1A Khusus Bandung, Jawa Barat, Selasa (15/2/2022).
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA

Terdakwa kekerasan seksual terhadap belasan santri di Bandung, Herry Wirawan (rompi merah), berdiskusi dengan tim penasihat hukumnya di tengah persidangan di Pengadilan Negeri Kelas 1A Khusus Bandung, Jawa Barat, Selasa (15/2/2022).

Belakangan, idiom predator seks ramai diperbincangkan. Ada nuansa hiperbolis dalam idiom tersebut. Nuansa berlebih-lebihan itulah yang tampaknya memengaruhi pemakaian kata predator ketimbang, misalnya, penyimpangan, kelainan, atau malah paedofilia, lantaran seperti yang kita tahu bahwa kata tersebut identik dengan binatang buas bertipe pemangsa selain istilah karnivor.

Dapat kita lihat ada penyimpangan dalam idiom tersebut. Namun, nuansa sarkasme menjadikannya bisa dimaklumi. Pemakaian kata yang lazimnya disematkan pada binatang seharusnya juga tersemat pada binatang, tetapi dalam dinamika pemakaiannya kemudian berkembang sedemikian rupa.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan