logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊMendampingi Guru untuk Terus...
Iklan

Mendampingi Guru untuk Terus Belajar dan Berkembang

Guru menghadapi tantangan keberagaman di ruang kelas. Tidak hanya tentang keragaman suku atau agama, tetapi juga kemampuan dan kondisi kekhususan siswa.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/7-CWo-pc1TeYkymOg8QTECyPwwI=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F05%2F455045_getattachmente8c01fe2-d439-4f98-8aad-d4faab135c40446430.jpg
KOMPAS/AHMAD ARIF

Peserta Sekolah Guru Kebinekaan mendiskusikan materi tentang asal-usul manusia Indonesia yang sebelumnya dipresentasikan ahli genetika Lembaga Eijkman, Herawati Sudoyo. Dengan mengetahui keragaman, sekaligus percampuran asal-usul nenek moyang dari perspektif genetik, diharapkan terbangun sikap lebih mengharagai perbedaan. Acara yang diadakan oleh Yayasan Cahaya Guru dilangsungkan di Perpustakaan Museum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sabtu (8/7/2017).

JAKARTA, KOMPAS β€” Guru profesional dan berkualitas jadi kunci untuk mendorong anak-anak didik mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan bemakna. Untuk itu, para guru dituntut terus belajar dan mengembangkan diri agar dapat mendampingi siswa dengan potensi masing-masing. Meski demikian, para guru pun butuh teman yang mendampingi untuk menjadi pendidik yang terus-menerus mau belajar demi kepentingan siswa dan peningkatan kualitas pendidikan bangsa.

Di acara Diskusi dan Refleksi Hari Tolerasi dan Hari Ulang Tahun Yayasan Cahaya Guru (YCG) bertajuk Kisah, Ngopi, dan Karya: 15 Tahun Berbagai Cahaya, Sabtu (20/11/2021), guru-guru dari daerah-daerah Indonesia mendapatkan dukungan untuk mengajarkan keberagaman, kemanusiaan, dan kebangsaan di ruang-ruang kelas. Ruang perjumpaan untuk perbedaan/keragaman bagi guru dan siswa dihadirkan supaya segala prasangka karena ketidaktahuan bisa lenyap, berganti dengan rasa saling menghargai dan menghormati.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan