logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanBerharap Pertemuan Tatap Muka ...
Iklan

Berharap Pertemuan Tatap Muka yang Tak Lagi Hanya Berisi ”Ceramah” Guru

Pembelajaran tatap muka yang mulai digelar saat ini agar tetap diiringi peningkatan kualitas dan efektivitas pembelajaran jarak jauh. Ini penting karena sebelum pandemi pun terjadi ”learning loss” pada anak Indonesia.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/FNqXCg1vj4Cuj4ItTuzqayUR0I4=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F418cff73-7752-4988-9589-14ac3544fc2e_jpg.jpg
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Murid SMA Negeri I Maliku, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, mulai belajar tatap muka dengan dibatasi jumlah murid dan bergantian, Senin (20/9/2021). Sebelum masuk ke kelas, suhu tubuh mereka diperiksa, mencuci tangan, dan menggunakan cairan pembersih sebelum memegang alat tulis.

Pembukaan kembali sekolah untuk menggelar pembelajaran tatap muka atau PTM terbatas sudah berlangsung. Keputusan membuka sekolah agar siswa berangsur-angsur bisa belajar tatap muka bersama guru menjadi salah satu upaya untuk mempercepat pemulihan berbagai dampak akibat penutupan sekolah selama hampir 18 bulan.

Masalah darurat yang menghadang, yakni learning loss, yang berdasarkan kajian Bank Dunia mencapai 0,9-1,2 tahun pembelajaran, harus segera diatasi. Meskipun pembukaan sekolah menjadi suatu kebijakan yang strategis, Bank Dunia dalam kajiannya berjudul Rewrite the Future: How Indonesia’s Education System Can Overcome The Losses From the Covid-19 Pandemic and Raise Learning Outcomes For All, yang diluncurkan Jumat (17/9/2021), tetap mendorong peningkatan efektivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ). Mitigasi efektivitas pembelajaran sebenarnya tetap bisa terbantu dengan mengombinasikan PTM dan PJJ.

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan