logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanNarasi ”Well-Being” Memberikan...
Iklan

Narasi ”Well-Being” Memberikan Kebahagiaan Anak dalam Belajar

Orientasi belajar yang mengejar akademik dengan proses belajar yang tak menyenangkan di masa pandemi Covid-19 membuat siswa semakin menderita. Karena itu, pendidikan perlu memperhatikan kondisi sosial emosional anak.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/UGB6oMqURz1wC1SPuU-UuYsP8wU=/1024x681/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2F20200820_183028_1597923882.jpg
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU

Dalam pendidikan Montessori, anak-anak usia dini diajak belajar secara konkret dengan alat bantu pembelajaran. Di salah satu taman kanak-kanak di Jakarta Timur, anak-anak belajar mengenal angka dan huruf dengan memanfaatkan bunga kamboja yang gugur di halaman sekolah.

Pandemi Covid-19 membuktikan perlunya pendidikan emosional dan sosial secara sistemik bagi anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Pandemi membatasi interaksi, memunculkan masalah kesehatan mental dan emosional seperti distraksi, depresi, bunuh diri, kesepian, dan hilangnya tujuan hidup. Sistem pendidikan pun dituntut supaya mengintegrasikan pembelajaran dan well-being untuk menghadirkan sosok anak didik yang tangguh dan bahagia meskipun menghadapi kesulitan  hidup.

Dunia pendidikan perlu mengambil momentum pandemi Covid-19  ini untuk kembali menelisik sistem pendidikan yang menyeimbangkan tujuan akademik dan sosial emosional demi membantu anak-anak menggapai secara penuh potensi diri sesuai keunikan mereka. Well-being pun menjadi narasi yang coba didekatkan dalam sistem pendidikan supaya generasi masa depan memiliki keseimbangan dalam mengembangkan kemampuan intelegensia, sosial-emosional, dan spiritual.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan