logo Kompas.id
β€Ί
Cerpenβ€ΊBatu di Pinggang Mak Ru
Iklan

Batu di Pinggang Mak Ru

Anak-anak datang dan pergi. Yang lama terbang hambur dari kampung tepi sungai, tapi yang baru akan tiba lagi. Terus begitu, hingga mata penjahit itu kian menua. Pinggangnya sudah rapuh digasak batu ginjal.

Oleh
Damhuri Muhammad
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/FFCYsD4L_CjL6Yop5zUK3KUn9JQ=/1024x733/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F06%2FIlustrasi-cerpen_made-kaek_Genggam-Erat_Pena-Tinta-di-Kertas_1623493418.jpg

Siapa pun laki-laki yang beranjak balig dan sudah malu pakai celana pendek, pasti akan berurusan dengannya. Ia akan mengukur lingkar pinggang, sela pisak, dan lingkar betis. Lalu mencatat angka-angka di buku mini di atas mesin jahit. ”Ini tak akan lama. Kau akan butuh celana lebih panjang, dan lebih panjang lagi,” katanya pada bocah kerempeng bernama Jun.

”Aku ngeri menjadi dewasa, Mak Ru. Aku ingin bertahan sebagai anak-anak!” jawab Jun, gugup.

Editor:
Mohammad Hilmi Faiq
Bagikan