logo Kompas.id
Bebas AksesMenghindari Beban Sejarah Baru
Iklan

Menghindari Beban Sejarah Baru

Dalam perspektif ”big history”, beban sejarah Indonesia tidak terbatas pada kekerasan dan penghilangan nyawa; apakah yang dilakukan aparat negara atau aktor non-negara.

Oleh
Azyumardi Azra
· 1 menit baca
Azyumardi Azra
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Azyumardi Azra

Perjalanan sejarah anak manusia, bangsa, dan negara sering digayuti peristiwa historis tidak menyenangkan, pahit, dan gelap. Perjalanan pahit bisa menjadi ”beban sejarah” (burden of history). Boleh jadi peristiwa di masa silam atau di masa sekarang—bergerak menjadi sejarah—berada di luar kekuasaan dan daya upaya manusia seperti bencana alam. Namun, bisa juga karena kebijakan dan langkah manusia yang dilakukan tanpa pertimbangan matang; menjadi ”salah jalan” yang tidak bisa atau terlalu mahal dan pahit untuk dikoreksi. ”Nasi sudah menjadi bubur”.

Sejarah untuk masa depan. Sejarah bukan sekadar periwayatan dan kenangan bersama tentang kejadian masa silam. Dalam perspektif sejarah masa depan—kini menjadi ”sejarah konvensional”—waktu yang berlalu bersama peristiwa aktual hari ini niscaya meninggalkan jejak dan bayang-bayang di masa depan (ghosts of the past). Langkah yang jelas positif bagi kemajuan hari ini dapat membawa kehidupan dan peradaban ke arah lebih baik. Sebaliknya, ada langkah yang bisa menimbulkan katastrofe di masa depan yang dekat dan jauh.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan