logo Kompas.id
Artikel OpiniDialog Imajiner dengan...
Iklan

Dialog Imajiner dengan Presiden

Kebijakan publik belakangan ini cenderung kehilangan ”publik”-nya sehingga ”hanya” menjadi kebijakan pemerintah. Rasa dekat Presiden dengan rakyat perlu dikuatkan dengan kebijakan yang prosesnya merangkul publik.

Oleh
RIANT NUGROHO
· 1 menit baca
Ilustrasi
SUPRIYANTO

Ilustrasi

Suatu petang, di teras belakang Istana Bogor, Presiden mengajak saya minum teh berdua. Ada beras kencur hangat di sebelah teh, singkong, dan pisang goreng, di atas meja. Sebuah undangan yang tidak lazim, karena itu saya sebut imajiner.

Setelah menikmati seteguk teh, beliau membuka percakapan, ”Menurut Anda, Mas, sebagai yang mendalami kebijakan publik, apa kekurangan dari kebijakan-kebijakan saya selama ini?” Nadanya tenang dan dalam.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan