logo Kompas.id
β€Ί
Artikel Opiniβ€ΊSiapakah Penikmat Praktik...
Iklan

Siapakah Penikmat Praktik ODOL?

Praktik ODOL perjalanan barang menimbulkan banyak kerugian akibat jalan rusak, kecelakaan lalu lintas, dan kemacetan. Namun, kebijakan zero ODOL berdampak terhadap biaya logistik. Untuk ini, perlu ada solusi alternatif.

Oleh
SUTANTO SOEHODHO
Β· 1 menit baca
-
DIDIE SW

-

Sistem transportasi sebagai media penghubung sistem tata ruang, baik untuk perjalanan manusia maupun barang, merupakan media mutlak pendukung aktivitas sosio-ekonomi atau sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi pada skala mikro ataupun makro. Pandemi Covid-19 memberi banyak pengalaman untuk sistem teknologi informasi berperan menggantikan perjalanan manusia dengan work from home (WFH), tetapi tetap tidak menggantikan perjalanan barang. Lebih jauh dapat diperkirakan potensi WFH yang dapat menggeser berkurangnya porsi biaya transportasi setiap individu dari pendapatannya ke porsi belanja barang yang lebih besar.

Di sisi lain, sudah puluhan tahun praktik kendaraan barang dengan dimensi dan beban berlebih atau ODOL (overdimension overload) berlangsung dan berdampak eksternalitas berupa kerusakan badan jalan. Berbagai sumber menyebutkan bahwa pemerintah mengeluarkan dana sebesar Rp 43, 45 triliun untuk memperbaiki badan jalan yang rusak akibat praktik ODOL. Pada tahun 2018 unit pelaksana penimbangan kendaraan bermotor (UPPKB) juga mencatat sekitar 71,82 persen pelanggar aturan, yakni 46 persen melangggar ketentuan kapasitas angkut (OL) dan 22 persen melanggar ketentuan dimensi (OD).

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan