logo Kompas.id
β€Ί
Artikel Opiniβ€ΊReligiositas Pertunjukan...
Iklan

Religiositas Pertunjukan Wayang

Pertunjukan-pertunjukan wayang kulit sering kali menghadirkan religiositas sesuai pandangan agama yang dianut ki dalang ataupun diselaraskan dengan agama mayoritas masyarakat. Kini tinggal bagaimana kita memaknainya.

Oleh
S PRASETYO UTOMO
Β· 1 menit baca
-
DIDIE SW

-

Haruskah pergelaran wayang kulit dimusnahkan demi kemurnian ajaran agama? Tiap kali wayang kulit almarhum Ki Enthus Susmono yang disusupi religiositas dan pembebasan hegemoni kekuasaan dipergelarkan, selalu diminati penonton. Bukan saja karena Ki Enthus Susmono sangat populer di kalangan masyarakat, tetapi juga karena ia memperagakan gaya perkeliran pesisiran yang memungkinkan pergelarannya dapat dinikmati semua kalangan, termasuk kaum ulama. Ia melakukan pembaruan dialog yang lebih komunikatif, banyolan bermuatan kritik sosial, lakon-lakon yang diselaraskan dengan konteks pergeseran zaman, dan kemunculan tokoh-tokoh sebagai agen perubahan yang mencari keadilan, kebenaran, dan religiositas.

Pertunjukan-pertunjukan wayang kulit almarhum Ki Manteb Sudarsono memanfaatkan religiositas sebagai sebuah penciptaan kembali, dengan kedahsyatan sabetan sepanjang pergelaran. Begitu juga dengan Ki Anom Suroto yang mencipta tembang dan iringan gamelan bernapas religius, yang kemudian tembang itu sangat populer di kalangan pergelaran wayang kulit. Tembang-tembang religius sering kali dihadirkan dalam pergelaran wayang kulit dan menjadi napas pergelaran.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan